Ambarawatrik - Belum lama ini, Indonesia dikejutkan dengan kasus retas yang menimpa salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Selain kasus itu, masih hangat beritanya tentang sosok seorang bocah berumur 19 tahun bernama Haikal yang berhasil meretas situs-situs ternama dan menyebabkan kerugian sampai milyaran rupiah.
Tentunya berita tersebut menyadarkan kita betapa berbahayanya kasus peretasan di dunia digital ini. Tapi tahukah Anda, bahwa kasus retas ini tidak hanya bisa menimpa perusahaan-perusahaan besar. Melainkan juga bisa menimpa Anda, dan kemungkinan besar Anda sudah terinfeksi dari serangan para peretas ini.
Iya benar sekali, kita pun sebagai pribadi bisa saja diretas tanpa kita sadari. Salah satu yang mungkin sekali menimpa kita adalah ransomware. Ransomware sendiri bisa diartikan sebagai virus/malware yang dapat mengenkripsi file dan data yang ada di laptop, PC, atau bahkan ponsel kita. Dan untuk membuka enskripsi atas data tersebut kita akan diminta sejumah uang (tebusan).
Ransomware sendiri merupakan tindakan kejahatan cyber yang angkanya cukup besar di dunia. Laporan dari 2017 Global Threat Intelligence Report dari NTT security, yang dirilis oleh Dimension Data Indonesia, menyebutkan 77% ransomware yang terjadi di dunia menyerang empat industri di dunia. Berturut-turut adalah: binsis dan layanan profesional (28%), pemerintahan (19%), kesehatan (15%) dan retail (15%).
Indonesia, yang pengguna internetnya terus bertambah (menurut Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia – APJII sampai tahun 2016 kemarin sekitar 132 juta), tentu bisa dengan mudah menjadi sasaran kejahatan ransomware.
Menanggapi hal ini, Country Director Dimension Data Indonesia, Hendra Lesmana, memberikan beberapa tips supaya terhindar kasus retas dari ransomware, “Yang pasti, kita jangan sembarangan membuka tautan yang ada di email kita. Selain itu lakukan secara rutin update aplikasi dan sistem operasi secara teratur dalam semua perangkat anda,” saran Hendra.