Belajar dari Filosofi Gerhana Matahari

Oleh Abdul Waid*




Di zaman dahulu kala, bagi sebagian masyarakat di tanah Jawa, gerhana matahari dianggap sebagai peristiwa mistis yang dibingkai dengan cerita-cerita mitos. Dalam cerita itu, gerhana matahari terjadi karena matahari ditelan oleh Batara Kala, sosok raksasa Jahat, sehingga bumi mengalami kegelapan. Masyarakat Jawa memukul lesung agar matahari kembali dimuntahkan oleh Batara kala. Lesung diyakini sebagai jelmaan tubuh Batara kala. 


Bagi kalangan saintis, gerhana matahari tidak lebih dari sekadar fenomena alam biasa. kemunculan gerhana matahari secara berkala dapat diprediksi berdasarkan perhitungan astrofisika. Menurut logika sains yang diakui oleh seluruh dunia, gerhana matahari terjadi karena posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga bulan menutupi sebagian atau seluruh cahaya matahari.


Bayangan bulan dapat menghalangi cahaya matahari sampai ke bumi karena rata-rata jarak bulan ke bumi 384.400 kilometer, jauh lebih dekat dibandingkan jarak matahari ke bumi yang mencapai rata-rata 149.680.000 kilometer.


Tetapi, bagi orang yang senang melakukan perenungan akan kebesaran Tuhan dan berupaya mengambil pesan di balik segala peristiwa di alam raya, gerhana matahari tentu bukanlah sekadar fenomena alam belaka. Pasalnya, setiap peristiwa yang terjadi di alam raya adalah pengejewantahan dari kemahabesaran Tuhan yang di dalamnya tersimpan pesan-pesan filosofis bagi umat manusia. Oleh karena itu, tulisan ini akan berusaha mengurai pesan-pesan filosofis di balik fenomena gerhana matahari.


Pesan Filosofis


Ada beberapa pesan di balik terjadinya gerhana matahari yang perlu direnungkan. Pertama, adanya kemahabesaran dan kemahaperkasaan Tuhan. Bagi Tuhan, tidak ada sesuatu yang sulit dan mustahil. Cahaya matahari pun bisa dihilangkan dalam seketika. Kekuasaan Tuhan itu tidak akan pernah tertandingi oleh manusia. Peristiwa gerhana matahari adalah absolut di bawah kekuasaan Tuhan.


Artinya, manusia tidak bisa membuat gerhana matahari kecuali Tuhan. Dari fenomena alam ini selayaknya manusia sadar bahwa diri ini tidak memiliki kekuatan apa-apa dibanding dengan kekuatan Tuhan.


Kedua, adanya hukum perubahan yang harus diterima manusia. Ketika matahari lazimnya bersinar, ia bisa berubah menjadi gelap. Perubahan ini terjadi di waktu yang tidak baku, yaitu di siang hari. Fenomena ini menandakan bahwa manusia harus siap mengalami perubahan kapan saja dan di mana saja.


Ketika ia merengkuh jabatan tinggi, misalnya, ia pun harus siap kehilangan jabatan itu di waktu yang tidak disangka-sangka. Dengan kata lain, manusia harus siap kehilangan apa pun karena pada hakekatnya apa yang dimilikinya hanyalah sebuah titipan.


Ketiga, adanya kekuatan kecil yang bisa mengalahkan kekuatan besar dengan pola dan mekanisme yang benar. Hal itu tercermin dari kemampuan bulan yang bisa menghalangi sinar matahari sampai ke bumi. Padahal, hakekat bulan adalah satelit bumi (benda angkasa) yang tergolong kecil dan tidak memiliki cahaya. Namun, dengan posisi tepat berada di antara bumi dan matahari, bulan pun bisa menghalangi cahaya matahari sampai ke bumi. 


Hal itu menandakan bahwa kekuatan kecil yang terorganisir bisa mengalahkan kekuatan besar. Nilai filosofis dari peristiwa ini adalah, siapa pun orangnya, bagaimana pun kondisi ekonominya, ia bisa bercita-cita untuk menjadi orang besar, atau bahkan bisa bersaing dan mengalahkan orang-orang besar sekalipun.


Keempat, setiap halangan pasti berlalu. Dalam proses kehidupan, setiap manusia pasti mengalami halangan dan rintangan dalam mencapai tujuan hidup. Tetapi, setiap halangan dan rintangan pasti akan berlalu seiringan dengan proses berjalannya waktu. Hal itu tergambar dari kegelapan yang menghalangi cahaya matahari ke bumi yang secara berangsur-angsur mulai menghilang. Bumi pun kembali disinari matahari.


Itulah empat pesan filosofis dari fenemona gerhana matahari. Keempat pesan itu selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia dalam meniti kehidupan di dunia fana. Dengan fenomenama gerhana matahari ini, semoga kita mampu menangkap pesan ketuhanan di balik segala peristiwa alam raya.